Mr. Prabu

Sosok dingin tak berperasaan, Jade Adi Prabu, adalah seseorang dari kalangan menengah atas. Semua tokoh utama akan memiliki apa yang mereka bilang sempurna, namun tidak dengan Jade Adi Prabu. Terlahir dari keluarga terpandang membuatnya cukup tertutup dengan keadaan sekitar. Putra sulung dari keluarga Prabu ini memang tak jarang di pandang sebelah mata oleh khalayak, ia tak mempunyai visual yang mampu membuat orang sekitarnya terpanah, tak rupawan juga tak tampan, namun sangat dingin dan tak tersentuh. 

Ayahnya, Ebony Adam Prabu, adalah seorang bangsawan terhormat di daerahnya, beliau memiliki isti, Kanjeng Ayu Nikmah, seorang putri dari keturunan darah biru juga. Putra tengahnya, Taupe Wangsa Prabu, adalah sosok yang sangat menyimpang dari sang Kakak, ia adalah gelar visual dari keluarga Prabu. Lelaki rupawan dan gagah, senyum yang indah, dan mata yang mempesona, mampu membuat para gadis-gadis di dekatnya rela untuk bersujud jika di bayar dengan bersanding di samping nya. 
   
Last but not least, Si bungsu, Mauve Ayu Putri Prabu. Putri kesayangan, cantik, anggun, baik, murah senyum, sangat sempurna mirip sang Ibu. 

Ladies and gentleman. Me, Aysel Cyan. Aku bukan tokoh utama, hanya sebuah gambaran bahwa tanpa aku maka tokoh utama tidak akan ada, jadi akulah yang terpenting. Ini adalah cerita tentang aku yang sibuk dengan dunia remaja ku. Kisah remaja yang berakhir indah. Alam memberiku tugas untuk mencairkan salah satu batunya, batu yang sangat amat keras, dingin, bahkan tak tersentuh sekalipun, banyak sekali suka dan duka yang aku alami, mulai dari kekasaran dan cacian yang tidak henti-hentinya batu itu lempar untukku. Sulit memang, namun akhirnya aku berhasil, menjadikan diriku menjadi satu-satunya yang mampu membuat airnya tetap mengalir.

— — — — —

"Mau pergi kemana?" Dia menarik keras tangan ku, mencoba untuk menghalangi langkah yang akan membuatku jauh darinya. 
  
Aku menghentaknya kuat, "LEPAS KAK!" Mataku sudah mengeluarkan airnya. "Kamu pengen aku pergi kan? Kamu rencanain semua ini biar aku jauh dari kamu kan? Fine! Mulai hari ini aku gak akan ganggu kamu lagi." Sudah habis rasa sabarku, aku menatap matanya lekat, ekspresi nya membuatku muak, wajah datar itu dengan mata yang sedikit melebar dan kening mengkerut, menunjukkan seolah dia bingung dengan apa yang aku katakan, ah aku benci itu. 

"Kenapa gak sopan sama orang tua?" Ucapnya.

Aku menggeleng tak mengerti, apa yang dia bicarakan, "Kenapa gak panggil aku Kakak? Aku lebih tua dari kamu." 

Oh ternyata itu, hah? Astaga manusia jenis apa yang kau ciptakan ini Tuhan. Aku meringis sedih mendapati sosok di depanku ini malah membahas soal tata krama sekarang. Lama aku mendiaminya, kita sama-sama diam, aku mengusap air mataku, lalu ingin melanjutkan langkah ku, dan lagi, dia menahanku. "MAU KAKAK TUH APA SIH!" Sentakku kuat padanya, ia sedikit terkejut, dan beringsut agak mundur. 
  
"Cowok batu ini, masih butuh airnya. Butuh kamu. Aysel Cyan." 

Ada desiran aneh dalam diriku, hatiku berdegup cukup kencang, hingga tanpa sadar aku memeganginya dan merasakan bahwa ia memang benar-benar berdetak. "Kenapa tiba-tiba?" Tanyaku tiba-tiba. 

Dia mengarahkan pandangannya padaku, menatapku dengan mata yang berbinar, lalu berkata, "Aku ... Aku mau jadi pacar kamu." 

✄✄✄

Simpen dulu prolog nya, masalh lanjut apa engga ya tergantung saya. Makasih makasih :D

Komentar

Postingan Populer