Wake Bara

Melihat Nara yang sedang menangis tersedu-sedu, cukup membuat Bara merasa bahwa dirinya memang sudah tak layak untuk Nara. Apa yang ada di otaknya memang tak seharusnya ia lakukan, tapi apa yang bisa ia lakukan, sekarang sudah terjadi, dan sekarang jug– "Bar! Wake up! Hey!" What, suara apa ini? dari mana datangnya suara itu. 

"Bara, Anjing lo udah kobam parah! Bangun." 

Seolah di tarik dari posisinya berada, Bara mencoba untuk bangun dan membuka matanya perlahan, "Oh shit! why does my head hurt so much." Keluhnya, Bara mencoba untuk menetralkan pandangannya, dan mendapati seseorang sudah berada di depannya. 

"Bara, you okay?" Tanya seseorang itu yang bara juga tak tau kapan datangnya orang itu, "Gue kenapa. Awh shh." Kepalanya terasa sangat pening sekarang. 

"Lo mabok semalem, gue kesini karna tadi Nara telfon gue, dia nyuruh gue buat liat keadaan lo. Eh pas kesini taunya lo kobam, gabisa banget apa jauh dari Nara? Waktu itu lo juga gitu, malah sempet bunuh dir–" 

"Lo bisa diem gak? Kepala gue makin mumet dengerin suara lo." Potong Bara cepat. 

"Yaelah ga ada terimakasih nya lo ama gue." 

"Gue ga butuh lo disini ya anjing!" Emosi bara sedang tak stabil sekarang, dia sedang tak ingin bermain-main dengan siapapun saat ini, kepalanya begitu berat, hingga untuk melirik saja sangat pusing rasanya. 

"Apa sih Bar! Kenapa lo jadi bentak-bentak gue!" Cecar seseorang itu tak mau kalah, "Ya lo berisik anjing." Jawabnya cepat. "Mending sekarang lo pulang, gue lagi pengen sendirian sekarang." Pintanya. 

"Terus kalo gue pulang lo mau ngapain? Mau bunuh dir–" 

"Gue bilang berhenti ya berhenti anjing! Lo ga punya kuping. Ha!" Sentaknya tak main-main. 

Seseorang yang sedang di depan Bara pun tertawa sinis, memandang Bara dengan rasa kasihan, "Bar Bar, gue gatau ternyata gue punya temen selemah ini. Pantes aja Nara ninggalin lo, ya karna lo nya lemah." Ejeknya. 

"FIRMAN! Jaga ucapan lo!" Bara sudah benar-benar tak bisa bersabar sekarang, dia memang sedang diuji, benar-benar diuji, "Oke gue pergi, gue juga udah males ngeladenin lo yang ga tau arah hidupnya kemana. Kalo tadi bukan karna Nara yang minta, gue ogah-ogahan datengin lo kesini. Gatau terimakasih!" 

Firman pergi begitu saja, menutup pintu apartemen Bara dengan kencang, hal itu membuat kepala Bara kembali terasa pusing. "Gue tadi cuman mimpi anjing." Umpatnya, Bara mencoba untuk mendekati kulkas lalu mengambil beberapa susu kaleng berlambang beruang yang ada didalamnya dan meneguknya kasar, "Ahhh, tapi kerasa kayak nyata banget gila. Gue bunuh si setan." Dirinya terkekeh setelah mengatakan hal itu. 

Disisi lain sekarang sudah ada Nara dan Leandro, mereka sedang berada di sebuah taman rumah sakit, dengan telaten Nara menyuapi Lean, "Awnna, besokm kawlok kitha nikah, Anna mawu buwlan madu, kemanah?" Tanya Lean dengan mengunyah makananya. 

"Kalo ngunyah gak boleh sambil ngomong, sayang." Ucap Nara lembut sambil mengusap sayang pipi Lean yang menggembung lucu. 

Lean menelan makanannya cepat, "Jawab Anna, besok kalo Anna sama Ley nikah, Anna mau honeymoon kemana?" Tanyanya tak sabar. 

"Aku terserah kamu aja maunya kemana, yang penting sekarang kamu sehat dulu." 

"Nanti kalo aku udah sehat kita nikah ya!" Ucapnya antusias, Nara mengangguk kan kepalanya sebagai tanda persetujuan. 

"Cepet habisin makanannya dulu, abis itu kamu harus bersih-bersih." Nara kembali menyuapi Lean dengan telaten, "Nanti Ley mau dibantuin Anna aja bersih-bersih nya, gamau sama perawat." 

Nara mengerutkan keningnya "Kenapa?" 

"Kemarin pas aku di bersihin perawat, mata dia lihat-lihat punya ku terus, aku gasuka Anna. Itukan punya kamu gaboleh di liat orang lain." Keluhnya pada Nara dengan mempoutkan bibirnya kedepan, mungkin Lean benar-benar kesal, sedangkan Nara, dia hanya terkekeh mendengar ucapan Lean,

"So, that's mine?" Ucapnya dengan menaik kan satu alisnya ke atas, mencoba untuk menggoda Lean. 

"Yeah, Yours!" Lean yang tak mau kalah pun mencoba untuk menggoda Nara, "All of mine is yours, my body, my soul, my di–

"Okey stop! Jangan di lanjutin." Ah pipi Nara sudah memerah sekarang, Lean sudah sumringah menatap Nara yang sedang salah tingkah, dan tak ingin semakin malu, akhirnya Nara mencoba untuk membawa Lean kembali ke kamar nya, mendorong kursi roda Lean dengan sangat hati-hati. 

Sesampainya di dalam kamar, Nara langsung membantu Lean untuk membersihkan dirinya, hanya bagian atas karna untuk yang di bawah itu adalah tugas perawat laki-laki, Nara mengusapi badan Lean dengan air hangat, menggunakan handuk kecil yang berada di tangannya. 

"Anna.." 

"Hm?" Tak mendapat jawaban dari Lean, Nara menghentikan pergerakan tangannya pada punggung Lean, "Kenapa, sayang?" Tanya Nara mencoba untuk membalikkan badan Lean yang sedari tadi memunggunginya. 

"Anna, mau gak ... emm ga jadi deh, ga jadi." Ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. 

"Kenapa?" Tanya Nara penasaran. 

"Nanti aja. Emm Anna udah selesai? Lean mau ke toilet." 

Tersadar dari lamunannya, Anna mengangguk kan kepalanya, "Sebentar aku panggilin perawat untuk bantu kamu." Lean mengangguk kan kepalanya. 

Setelah sesaat Nara sudah memakai kan pakaian atas Lean, dia keluar untuk mencari perawat yang bisa membantu Lean, dan tanpa dia sadari sepeninggal dirinya, ternyata sudah ada seseorang yang menunggu Nara keluar, dia menduduki kursi tunggu di sebelah kamar Lean, lalu setelah melihat Nara keluar, dia membuka pintu ruangan itu. 

~.~

"Hai, Lean!" 







Komentar

Postingan Populer