Selamat malam, Lean

"Aku tinggal sebentar ya." Pamitnya padaku. Aku mengangguk sebagai jawaban. Saat ini bisa di bilang adalah saat terbahagia ku, aku tak tau kenapa bisa sebahagia ini, saat Anna mulai mencoba untuk menerima ku sebagai kekasihnya bukan sepupunya. 

"Hai, Lean." Ah aku tidak terkejut, sama sekali tidak, hanya saja kenapa makhluk astral selalu tiba di saat yang tidak bersahabat. 

"Ngapain!" Sapaku tajam.

"Santai dong, kenapa lo jadi uring2an gini?" Dia menjawab sambil terkekeh, oh astaga aku tidak tau kenapa Anna bisa mencintai nya tertawa saja dia sangat jelek. 

Lama aku terdiam tidak ingin berbicara dengannya, aku tidak mau terpancing oleh semua drama nya. Aku tau dia kesini untuk mengajakku ribut, dan disaat aku sudah kehilangan kendali maka semuanya akan berantakan nanti. 

"Kenapa harus Anna sih?" Pertanyaan itu membuatku menoleh ke arah nya. "Kenapa? Gaboleh?" Jawabku datar. 

"Lo bisa cari cewek lain kalo lo mau, tapi kenapa lo malah milih rebut cewek orang sih? Galaku lo?" 

"Lo amnesia? Gue udah kasih Nara ke elo, tapi lo aja yang ninggalin dia. Jadi kalo gue rebut dia lagi dari lo, apa gue salah?" 

"GUE NINGGALIN DIA KARNO LO BANGSAT!" 

"LO PIKIR GUE PEDULI! Gue udah kasih lo kesempatan untuk bisa bareng sama Nara, tapi gobloknya elo malah lepasin dia gitu aja." 

Sudah cukup untuk acara mengalahnya kali ini, dulu aku emang labil tapi sekarang aku gamau ngalah, apapun yang udah jadi milikku maka selamanya akan tetep jadi milikku. 

"Lo mau apa?" Tanya Bara. 

"Gue cuman mau Nara!" 

"Kenapa harus Nara! Lean gue bisa kasih apapun yang lo mau tapi jangan Nara Ley." 

"Gue capek selalu ngalah sama lo Bar! Lo udah ambil separuh dari hidup gue, sekarang disaat gue sekarat pun apa lo tetep mau ambil kebahagiaan gue?" 

"Gue gak pernah ngerebut apapun dari lo!" 

"LO UDAH BUNUH BUNDA GUE BANGSAT!" 

"DIA SENDIRI YANG MAU BERKORBAN BUAT GUE ANJING!" 

Ah rasanya kalo aku ungkit-ungkit kejadian itu bikin rasa benciku makin dalam ke Bara, sudah tak tau lagi harus berbuat apa, kalo saja aku tidak terhalang dengan keadaan lemas seperti ini, mungkin menghabisi Bara bukan sebuah hal yang susah untukku. 

Saat aku ingin kembali bersuara tiba-tiba, "Bara." Suara Nara menghentikan ku, dia mendatangi ku dengan langkah terburu, melihat ke semua arah yang ada pada badanku lalu, "Kamu gapapa?" Dia khawatir terhadap ku.

Aku melihat ke arah Bara, matanya sudah memerah mungkin dia tak suka melihat Nara lebih perhatian terhadap ku, sedikit aku dapat melihat tangganya mengepal kuat, "Kamu ngapain kesini!" Sentak Nara tajam pada nya. 

Sekarang aku sudah melihatnya, mata yang tadinya memerah berubah menjadi berkaca-kaca aku sedikit tersentak karna baru pertama kali ini melihat Bara menangis seperti itu, tapi aku juga senang akhirnya aku bisa melihat dia sengsara. Aku segera memeluk Nara, menenggelamkan kepalaku di depan dadanya menginterupsi nya untuk segera menenangkan ku, "Dia kesini buat rebut kamu Anna." Ucapku merengek. 

Nara kembali memelukku, mengusap kepalaku dengan lembut. Ah rasanya sangat nikmat mendapat perhatian dari orang yang kita sayangi. "Aku ga akan kemana-mana, Ley." Suara lembutnya menenangkan ku. 

Nara kembali menoleh pada Bara, "Bara lebih baik kamu pergi. Aku dan Lean mau istirahat." Ucapnya kasar, aku sangat senang saat Nara sudah berkata seperti itu kepada Bara, seolah memang Nara hanya menginginkan aku bukan Bara lagi. 

Kulihat Bara mengangguk, "Aku pergi ... Nara." Dia berkata lirih dan keluar dari pintu itu. "Kamu tadi diapain sama Bara?" Tanya Nara mengusap wajahku lembut.

"Dia cuman bilang mau ambil Anna. Aku takut." Cicitku, memoduskan diri untuk kembali berada dalam dada nya, empuk :D 

"Perawat lagi ga ada, kamu mau bersih-bersih sendiri? Aku bantu ke kamar mandi ya?" Aku menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan, lalu Nara mengantar ku hingga kedalam kamar mandi, dan keluar setelah mendudukkan ku di closet. 

~.~

Hari sudah malam, aku menyuruh Nara untuk menginap lagi malam ini, tak ingin menyia-nyiakan rasa sakitku sebagai bantuan untuk tetap berada di samping Nara setiap saatnya. 

"Sayang, Ley haus." Ucapku memanjakan diri.

Nara bangkit dari sofa lalu mengambilkan ku minum dan membantuku meminumnya. "Sayang tidur disini ya?" Melas ku padanya, "Iya bentar aku matiin laptop dulu." Ucapnya lalu pergi ke depan sofa dan melakukan apa yang ia katakan. 

Setelahnya Nara kembali dan mulai tidur disampingku, aku mengangkat satu tangannya dam menjadikanku bantalan untuk kepala, lalu ku peluk pinggangnya dengan sayang. Nara mengusap-usap kepala dengan lembut bersenandung ria dengan suara lembutnya, tak jarang aku merasakan dia mengecup keningku, hanya kening, padahal aku ingin lebih :D 

"Selamat malam, Lean." 

~.~

"Hallo! Nara, Bara kecelakaan!" 

Komentar

Postingan Populer