Silly Con, cp 5


"Dini!" Teriak Lutfi dan Bu Risa bersamaan. 

"Mbalyy..." Cicit Daisy yang sudah berada di balik punggung Lyona. 

"Hustt! Aku ga akan biarin siapapun bahagia setelah dia berani ngehina kamu." Bisik Lyona ke arah Daisy. 

Doni membawa Dini keluar dari ruang bk.

"To-tolongg..." Rintih Dini meminta bantuan.

"Diam sayang, Papa gaakan apa-apain kamu kalo kamu nurut sama Papa." 

"Ta-pi aku takut ... Ka-kamu jahat. Awhh!" Pekik Dini saat Doni mulai melengkuh erat leher gadis itu. 

"Mundur kamu anak sialan!" Bentak Doni pada Lyona yang ingin segera maju. 

"Kurang ajar!!!" Yudi yang naik pitam pun tidak senang anaknya di umpat seperti itu. 

"Ayah..." Tarik Daisy pada lengan sang Ayah, iya takut akan terjadi hal yang tak ia inginkan seperti dulu. "Day takuutt." Cicitnya pada Ayah yang sudah memeluk Daisy erat seolah memberi ketenangan pada gadis mungil itu. 

"Gapapa sayang ada Ayah sama Lyona disini. Kamu ikut sama Ayah ya kita turun ke bawah." Ajaknya pada Daisy. 

"T-tapi Lyooo..."

"Lyo bisa jaga diri, kamu turun sama Ayah okey." Tenang Lyona mengahadapi Daisy dengan mengelus surai rambut Daisy yang sedikit kecoklatan itu.

Sekarang Daisy dan juga Yudi sudah berada di bawah tinggal Lyona, Lutfi, Bu Risa dan juga Doni, Dini. Kebetulan ruang bk berada di lantai ke 2 bersama dengan ruang osis, ruang kepala sekolah dan wakil kepsek, sedang ruang guru juga berada di lantai itu namun berada di pojok samping Labor Fisika. 

"Minggir kalian, jauhin saya sama anak saya! kalo enggak saya bunuh dia sekarang!" 

"Yaelah bunuh tinggal bunuh aja pamit segala si Pak Tua!" Celetuk Daus membuat mereka melotot menghadapnya, kecuali Handy dan Lyona yang sudah biasa dengan ocehannya bahkan di situasi kayak gini misalnya. 

Daus dan Handy ternyata sudah naik dengan lewat tangga kanan, itu membuat Pak Wakepsek yang tadinya menyerong kanan kini jadi menyerong ke kiri menghadap ke arah Lyona dkk. 

Sambil menodongkan pisau yang sekarang sudah berada kembali ke depan leher Dini. Lyona dkk tampak tenang tidak seperti Bu Risa dan Lutfi yang pucat pasi melihat Bapak akan membunuh Anaknya sendiri. 

"Pak Tua! udahlah bunuh aja lagian ih lama amat si! Apa mau gw bantuin?" Tanya Daus tak senonoh. Lyona dan Handy hanya tersenyum kecut.

"J-jangan macem-macem kamu! Kamu gatau siapa saya?" Tanya Wakepsek itu. 

"Ya Allah pake ditanya!" Jawab Daus dengan menepuk jidatnya seolah lupa. "Pak ngaca deh di depan Bapak ada kaca tuh, liat di kaca siapa yang ga kenal sama Doni Adiguna? Wakil kepala sekolah sekaligus manager dari Collins Company! Perusahaan terjaya se-Surabaya setelah Dags Corp?" Lanjutnya. 

Doni yang tak sadar pun ia langsung menolehkan dirinya di kaca jendela yang berada di depan ruangan bk, saat berada di detik membuatnya lengah, 

"Arghh!" Teriak Dini. 

Lyona tanpa aba-aba maju dan memelintir tangan wakepsek sigap tanpa membiarkan dia melawan.

"LYONA!" Teriak Bu Risa dan Lutfi bersamaan. 

Setelah Lyona menjatuhkan pisau itu, ia langsung mengunci kaki wakepsek dan membuatnya membungkuk sujud dengan Lyona yang berada di atasnya. 

Tak lama kemudian Dini dibantu berdiri oleh Lutfi

"Arghh! lepasin goblok!" Maki Doni pada Lyona dan berontak. 

Dor! Dan tiba-tiba di belakang Lyona sudah ada 4 polisi yang membantu Lyona mencekal Doni.

"Diam di posisi!" Teriak polisi itu pada Doni, "Angkat tangan!" Lanjutnya. 

Tiba-tiba seluruh sekolah ramai karna terdengar tembakan dan juga teriakan kencang di lantai 2, sontak membuat para siswa beserta guru-guru kepo dan menuju ke arah ruang bk. 

Namun sebelum itu terjadi, lebih dulu guru-guru mengamankan anak-anak dan menyuruh mereka masuk ke kelas masing-masing, takut terjadi bahaya yang berlebihan. 

Bu Risa yang khawatir langsung menghampiri Lyona memutar-mutar badan gadis itu seraya memastikan jika dia baik-baik saja. 

"Ga ada yang luka Nak? Mana yang sakit?" Lyona hanya memutar bola matanya jengah. 

"Saya yang sakit Bu!" Teriak Dini pada Bu Risa. 

"Astagfirullah kamu madih hidup Dini?" Tanya Bu Risa polos seolah ia lupa kalo gadis itu selamat. 

Dini yang mendengar itu hanya bedecak kesal karna Bu Risa malah menghawatirkan Lyona, lalu dia pergi untuk pulang bersama dengan Lutfi. 

~.~.~.~.~.~

"Dysy mana?" Tanya Handy. 

"Kamu yang kasih tau Bokap?" Sinis Lyona dengan menyipitkan matanya ke arah Handy.

Handy hanya mengedikan bahu acuh. 

Flashback On (Handy Pov) 

"Engga Lyly aku tau kamu bisa hadapin mereka tapi aku gamau ambil resiko lebih kayak dulu!" Yakin Handy yang lalu mengeluarkan Hp nya dan segera memencet tombol-tombol itu. 

Flashback Off (Handy Pov End)

"Udah aku bilang dia bakal beres sama aku, ken–" 

"Udahlah, aku ga kasih tau pun dia bakal tau Ly. Kamu lupa dia juga punya mata-mata disini, kamu ga mikir apa yang bakal dia lakuin ke mata-matanya kalo sampek dia tau kamu sama Daisy terluka? Jadi yaudah aku cuman gamau dia marah karna dia lebih tau masalah ini dari mata-matanya dari pada kita keluarganya." 

Yah Handy benar, toh lagian itu udah terjadi jadi yaudah lah. 

"Pulang kita sekarang? Anak meong dah meraung-raung!" Ajak Daus, Lyona dan Handy hanya tersenyum kecil mendapati Daisy yang bersikap seperti itu. Daisy sebenarnya bukan sosok perempuan manja, terkecuali dia di hadapkan dengan Lyona, Handy, Daus, Ayah, dan juga Mama Lyona.

Kalo ada yang tanya dimana Mama Lyona sekarang? Dia lagi di Singapura, Ayah Lyona sengaja tidak membawa Mama Lyona karna alasan keselamatan, ia tak mau istrinya terluka lagi hanya karna bisnis dan tugas-tugas nya. Berbeda dengan Lyona dkk yang memang sudah ahli pada bidang ini, Mama Lyona juga sudah belajar banyak ilmu bela diri dan juga penggunaan senjata, namun Ayah Lyona tak mau ambil resiko seperti 3 bulan lalu. 

Dua adik Lyona juga ikut bersama Mama Lyona, satu laki-laki dan satu perempuan. Keysa Ptra Aguswara, dan Safiya Aguswara. 

~.~.~.~.~.~

Setelah sampai di kediaman Lyona, Daisy dengan semangat menyambut kedatangan para malaikatnya. 

"Halo para malaikat ku." Katanya girang. 

"Halo pembawa sial ku." Jawab Daus enteng tanpa tau tatapan tajam menusuk langsung ke arahnya. 

Lyona yang mendengar itu tanpa basa-basi langsung mengeplak tengkuk Daus kencang, "Jaga bahasa!" Membuat sang empu meringis kesakitan. 

"Aww! Ih becanda kali," Jawab nya sambil berlalu memeluk Daisy yang tampak kesal pada Daus. "Mana mungkin wajah imut, gemoy, ginuk-ginuk gini pembawa sial," Sergap Daus enteng seraya menguyel-uyel pipi Daisy yang kenyal, "Bukan pembawa sial, lebih tepatnya ... PEMBAWA MUAL!" Daus berlari beranjak dari depan pintu dan berlari kencang ke arah kamar mereka. 

Daisy yang tadinya sedikit senang mendengar Daus menarik ucapannya dibuat kesal lagi dan akhirnya dia mengejar Daus kedalam. Handy dan Lyona ya seperti biasa, mereka hanya geleng-geleng sambil tersenyum kecil.

Oh iya, Handy dan Daus juga tinggal dirumah Lyona bersama dengan Lyona dan Daisy, mereka memang punya rumah sendiri namun mereka memutuskan untuk tinggal seatap atas perintah Aguswara, alasannya agar tidak mudah diserang musuh. Karna rumah Aguswara sudah ketat dan berbalut dengan sebuah keamanan yang benar-benar aman, itu membuat mereka mau untuk tinggal disini. Tapi sesekali mereka juga pulang kerumah masing-masing. 

Tak terkecuali Daisy, dia juga punya rumah sendiri, namun dia sangat jarang pulang ke rumah karna disana hanya ada Bibi yang menjaga Daisy dan suaminya. Mereka di tugaskan Aguswara untuk menjaga rumah keluarga Danila. Perusahaan keluarga Daisy bernama Danila Group itu adalah perusahaan kenamaan se-Surabaya terbesar dalam bidang transportasi, pencetakan, penyebaran, serta perusahaan terbesar penjual alat-alat bersenjata, yang hanya di ketahui oleh orang yang berpangkat polisi, tni, bodyguard, panglima dll. 

Sedangkan perusahaan Aguswara, Agst Internasional adalah perusahaan ekspor import alat-alat rahasia yang hanya boleh dimiliki oleh orang tertentu, karna hal itu orang yang membeli barang-barang dari perusahaan itu hanya orang yang sudah memeliki sertifikat tertentu juga. Perusahaan Aguswara juga sudah terkenal di dunia, banyak orang-orang yang berminat untuk menjadi rekan bisnis dari perusahaan itu, namun di tolak oleh Aguswara karna alasan tertentu. 

Hingga akhirnya Aguswara memutuskan untuk menggabungkan kedua perusahaan itu menjadi satu menjadi Dags Corp Aguswara menjadikannya satu kesatuan bukan tanpa alasan, mereka tetap berbeda tempat namun mereka satu jiwa. Menjadi satu dan memperbesar kekuasaan Aguswara. Ya itu hanya dipikir sebelah pihak oleh Aguswara, bukan Yudi tapi setelah dipikir-pikir Aguswara benar juga, toh besok kalo anak-anaknya sudah besar bisa memimpin perusahaan itu, terserah mereka ingin memilih yang mana. Aguswara dengan senang hati memberikannya kepada kedua putrinya itu, ralat Aguswara punya 3 orang putri satunya adik Lyona tapi kan dia masih kecil jadi yasudahlah. 

~.~.~.~.~.~


"Ayah lagi ke Singapore." Kata Lyona memberi tau ke tiga cunguknya itu. Mereka sekarang berada di ruang keluarga, dengan Daisy dan Daus yang duduk di bawah, dan Handy juga Lyona duduk di sofa. 

"Loh kenapa?" Tanya Daisy. 

"Caca sakit, Mama suruh ayah kesana buat jenguk Caca." Jelasnya. 

"Kayaknya dia kangen sama Ayah." Kata Daus. 

Seketika Lyona menatap Daisy yang tengah menunjukkan ekspresi sendu, lalu tak lama, "Daisy juga kangen Papa." Ucapnya miris dengan senyum simpul menunjukkan betapa rindunya gadis kecil itu pada sosok Papanya. 

Lyona yang sadar akan mata Daisy yang mulai berkaca-kaca pun bangkin dan mulai merangkuh tubuh Daisy lalu menindihnya bersamaan Daus dan Handy. Mereka semua berpelukan dengan gelak tawa Daisy dan Lyona yang ketika itu di gelitik oleh Handy dan Daus. 

"Udahhh ahhh gakuatt. Hahaha." Suara Lyona pecah, mereka semua kaget melihat Lyona akhinya tertawa lepas. Hey! bukan berarti Lyona tak pernah tertawa, namun kali ini tawanya lepas, benar-benar tawa yang dirindukan ketiga cunguknya itu setelah kejadian 3 bulan lalu, saat seseorang juga mengambil kedua nyawa orang tua Daisy. 

"Mbalyy akhirnya ketawa lagii!" Jerit Daisy memeluk erat tubuh Lyona, yang di peluk hanya memutat bola mata malas. 

"Kamu seneng?" Tanya Lyona ke Daisy. 

"Em! em! ... banget!" Ujar Daisy dengan mengangguk-anggukkan kepalanya dua kali. 

"Kalo gitu aku ketawa terus biar kamu seneng." Jawab Lyona membalas pelukan Daisy. 

"Drama!" Ujar Daus jengah dengan situasi ini. 

"Sirik!" Sinis Lyona dan Daisy bersamaan, lalu muncul ide jahil mereka dengan menumpahkan kulit kuaci itu ke kepala Daus yang juga dibantu oleh Handy, lalu mereka berlari ke kamar masing-masing mendapati Daus yang mulai marah.

"Heh! Awas kalian! Arghhh! siapa yang bersihin nihhhhh." Terikanya frustasi. 

~.~.~.~.~.~


~.~.~.~.~.~

Sekarang mereka telah sampai di markas sekolah, saat ini sudah jam istirahat. Lyona tengah asik dengan makakan yang ada di depannya, memakannya tanpa beban pikiran apapaun, sedangkan Daisy ia sedang menonton drakornya lagi, lagi, dan lagi.

"Dapet!" Kata Daus bersorak, setelah beberapa jam dia berkutat dengan laptop miliknya dan Handy yang juga mencari informasi dari komputer yang ada dimarkas. Namun akhirnya mereka dapat itu. 

Lyona dan Daisy yang sedang asik dengan kesibukan masing-masing pun langsung berjolak dan berjalan cepat menuju ke arah Daus dan Handy. 

"Mana?" Kata Lyona. 

"Amanda Nadhifa ... R? Kenapa R?" Tanya Daisy heran yang juga di angguki oleh Lyona.

"Disekolah ini ga ada yang nama marganya Rahadi, aku udah cari nama yang mungkin di belakangnya ada marga R tapi semuanya lulus seleksi karna kepanjangannya ada di nama siswa sekolah ... Kecuali dia, namanya cuman R doang, belakangnya ga ada nama panjangnya lagi, dan di daftar nama siswa juga cuman ada ini." Jelas Daus. 

"Tapi Us, kata Ayah dia cowok." Pungkas Handy, Lyona hanya mengangguk-angguk setuju dengan perkataan Handy. 

"Iya juga sih." Jawab Daus dengan menggaruk dagu nya yang tdk gatal.

"Terus gimana?" Tanya Daisy. 

"Kita tanya Ayah dulu." Jawab Lyona. 

Lyona mencoba untuk menghubungi Ayahnya dan tak berselang lama dering telfon memunculkan suara, menandakan bahwa telfonnya telah terhubung. 

"Hallo! Ayah." 

"...." 

"Iya Yah! Daus udah temuin dia, tapi kayaknya ada yang aneh, dia cuman pake nama marga R, tanpa disebut jelas, dan juga dia cewek bukan cowok." 

"...." 

"Oh okey Yah." 

"...." 

"Iya Ayah hati-hati." 

Klik. Bunyi menandakan telfon telah terputus.

"Gimana?" Tanya ketiga-nya bersamaan dengan matinya telfon dari Ayah Lyona. 

"Kata Ayah, iya dia cewek, Ayah juga baru dapet info kalo anak kedua dari keluarga Rahadi cewek dan kakaknya yang cowok udah lulus dari sekolah ini 5 tahun lalu." Jelas Lyona. 

"Terus kita harus gimana?" Tanya Daisy.

"Kita temuin dia sekarang! Kelas berapa dia?" Tanyanya pada Daus. 

"10 Mipa 1!" Jawab Daus.

Lyona dan lainnya mengangguk mengerti dan lansung keluar dari markas setelah merapikan markas tentu saja.

Sekarang mereka sudah sampai di depan kelas 10 Mipa 1. 

"Ada yang namanya Amanda Nadhifa?" Tanya Daus pada salah satu Adik kelas yang juga sedang berada di depan kelas. 

"A-ada Kak. I-itu disana Manda." Jawab Adik kelas gugup pada Daus. 

"Gila ganteng banget anjrit!" 

"Iya buseh yang belakang juga aaaaa." 

Celoteh itu tak luput dari pendengaran Lyona, ia hanya menyunggingkan senyum tipis lalu berlalu masuk melewati banyak tatap pasang mata kagum dari Adik kelas yang ada disana. 

Dibelakang sana sudah ada seorang gadis manis berkulit putih dan berkaca mata, ya mungkin penampilannya sedikit agak 'culun' dimata Lyona dkk terkecuali dimata Daus. Ya Lyona menatap Daus yang tengah melihat gadis itu dengan rasa yang mungkin sangat jarang Daus tunjukkan. Lyona juga sangat heran, namun dia tak terlalu memusingkan hal itu. 

"Kamu Amanda?" Tanya Daisy pada gadis itu. 

Dia tampak sedikit gugup lalu menjawab, "I-iya Kak, kenapa yah?"

"Kita ada sedikit urusan sama kamu, bisa kamu ik–" Ucapan Lyona terhenti bersamaan dengan teriakan dari seorang lelaki yang berada di depan pintu. 

"MANDA!" 

Lyona dkk serempak menoleh ke arah suara itu, dengan sangat lancang dia melangkah maju tanpa menghiraukan kehadiran Lyona dkk. 

"Lo udah kerjain tugas gw belom? Mana? Abis ini jam istirahat kelar!" Bentaknya tak sopan. 

"B-belom Al, ini mau aku selesein kok." Jawab gadis itu lirih lalu segera menunduk dan mengerjakan sesuatu yang berada di atas meja. 

BRAK! 

Sekali lagi dengan lancangnya seseorang yang berada di samping Lyona itu berani menggebrak meja. "Udah gw bilang kalo gw nyuruh tuh dikerjain yang bener gblk!" Tubi nya pada Amanda dengan berteriak tak tau sopan. 

Daus yang sudah geram mendengar itu tanpa aba-aba dia langsung menghajar wajah yang tidak terlalu tampan itu dengan telak, "LO! BERANI! GANGGU! CEWEK! GW! LAGI! INI! YANG! BAKAL! LO! DAPET! ANJING!" Teriaknya kencang, dengan hantaman berirama bersama kata per kata yang di keluarkan oleh Daus. 

Lyona hanya tersenyum miris melihat itu, tidak ia tidak menatap kasihan pada cowok yang di hajar habis-habisan oleh Daus, Lyona hanya prihatin kenapa Daus harus melukai tangannya dengan menghajar sampah seperti itu. 

–Ck, ck, ck, kasian tangannya–Batin Lyona. 

Ya banyak orang yang berteriak disana, Handy juga sudah menahan Daus untuk tidak melakukan lebih dari itu, mengingat seseorang yang di anggapnya musuh sudah pingsan sekarang. Lyona dkk tidak begitu kaget bahkan mereka tersenyum senang karna mendapat hiburan tak terduga itu. 

–Cih lemah, gitu aja pingsan–Batin Daisy.

"Apa yang lo liat? Bawa temen lo ke UKS!" Sentak Daisy lantang yang sedari tadi asik duduk di atas meja dengan santai pada segerombolan lelaki yang mungkin adalah cunguk dari seseorang yang di hajar Daus tadi.

Sedangkan Amanda, ya gadis itu menangis sekarang dengan membekap mulutnya tak berani berbicara.

Ketika Daus sudah tenang ia membenarkan sedikit bajunya yang kusut dan langsung menyerobot Lyona, berlalu ke samping seseorang yang tadi di sebutnya sebagai kekasihnya, "K-kamu gapapa kan?" Khawatir Daus pada gadis itu, namun sangat disayangkan gadis itu malah menatap Daus takut. 

"En-enggak jangan takut," cicit Daus seraya menarik bahu Amanda dan tiba-tiba langsung di tariknya ke dalam tubuhnya, jadilah mereka berpelukan sekarang, "Aku disini, jangan takut lagi ya." Racaunya dengan mencoba menenangkan seraya mengelus surai manis gadis itu. 

~.~.~.~.~.~

Sekarang Lyona dkk sudah berada di parkiran sekolah dan menunggu seseorang. Setelah keributan tadi, Lyona memutuskan untuk nanti setelah pulang sekolah ia dkk akan mengantarkan Amanda pulang dan keluar dari kelas Amanda meninggalkan Daus dan Amanda tanpa ada satu penggal suara Lyona yang keluar dari bibir cantik gadis bersurai hitam legam itu. 

Tepat setelah menunggu hampir 3 menit setelah pesan terakhir Lyona terkirim Daus dan juga Amanda sudah berada di samping mobil Lyona. 

Lyona membukakan pintu dan mereka pun masuk, dengan nafas yang tersengal-sengal. 

"Lo lari?" Tanya Handy.

"Iyalah gblk!" Jawab Daus pada Handy. "Gw gamau ditinggalin, mana gw belom ambil uang, duit gw masih di atm jadi gw gamau ribet." Lanjutnya ketus. 

"Kamu ajak anak orang lari Daus." Tukas Lyona dengan sorot mata membunuh. 

"En–enggak gitu Mbaly, ma-maksudnya ya– lagian Manda nya juga mau kok ya kan Sayang?" Tanya Daus pada Manda yang sekarang pipinya sudah memerah tomat. 

"I-iya Kak." Jawab Manda menunduk malu. 

Lyona dan Daisy hanya tersenyum hangat melihat tingkah malu-malu kucing itu. 

"Gausah malu kali," Sergap Daisy girang, "Kalian beneran udah pacaran?" Tanyanya.

"Udah." Jawab Daus sepihak. 

"Kapan?" Tanya Lyona, Handy, dan Daisy bersamaan. 

"Tadi pas kalian keluar dari kelas dia." Jawab Daus tanpa mengalihkan pandangannya ke arah Manda, yang di tatap hanya menunduk malu memainkan kedua telunjuknya gugup. 

Setelah beberapa saat akhirnya mobil berwarna hitam Lexus LM yang diisi dengan keheningan itu tiba-tiba menjadi tegang, Lyona dan Daisy yang berada di kursi tengah, Daus, Handy, dan Amanda yang berada di kursi belakang, bersama dengan supir dan satu bodyguard mereka yang berada di depan dikejutkan dengan tercekatnya mobil mereka yang hampir di serempet oleh mobil lain. 

"Aaa!" Jerit Daisy kaget. 

"Siapa Pak?!" Tanya Daus dengan nada sedikit keras bertanya pada supir. 

"G-gatau Den." Jawab nya heran, "Ayo turun!" Lanjut bodyguard mereka pun turun dari mobil tanpa Lyona dkk. 

"BISA NYETIR GA LO!" Bentak bodyguard itu yang bisa didengar oleh Lyona dkk karna jendela yang sedikit di buka. 

"Apa di dalam sana ada yang bernama Firdaus?" Tanya salah seorang yang sudah berada di depan bodyguard mereka, didepan sana ada 6 orang, 4 dari mobil itu dan 2 lagi adalah supir serta bodyguard Lyona dkk. 

"Ada apa?" Tanya bodyguard Lyona yang bernama Robert. 

"Saya tanya apa didalam sana ada yang berbama Firdaus?!" Sergap salah satu dari mereka, "Jawab saja pertanyaan kami!"

"Untuk apa saya harus memberi tau?" Jawab supir Lyona bernama Lucky. 

"BACOT SERANG!!!"

~.~.~.~.~.~








Komentar

Postingan Populer