Tentang pelangi yang nggak tau jalan pulang

Ini mungkin sedikit aneh, pelangi yang nggak tau jalan pulang adalah sebuah kesimpulan yang menurutku cukup berada di kata tidak wajar, tapi ini sama seperti kamu, kamu yang nggak pernah tau arah pulang. Kamu yang selalu datang di saat hujan telah deras mengaliri semua tubuhku, aku menyukai mu tapi aku nggak bisa yakin bahwa kamu mampu untuk menjagaku, kamu terlambat, aku tau semua orang tidak bisa menjadi seperti yang aku inginkan, maka dari itu aku bilang bahwa aku nggak yakin terhadap kamu. 


Pelangimu hanya indah selepas hujanku, pelangimu tidak bisa membuat hujanku terbendung, pelangimu nggak bisa membuat aku yakin bahwa dunia akan baik-baik saja saat kamu datang, pelangimu hanya datang disaat semua hujanku telah reda, disaat semua rintik berganti menjadi elemen baru, disaat semua masalah telah selesai, pelangimu hanya membantu hujanku agar cepat cerah, tapi nggak soal kering, apalagi soal pulih. 


Maaf tapi aku nggak bisa, mungkin bagimu hujanku akan senang saat kamu melepaskan semua warna itu di langit, tapi nggak pernahkah terpikir, warna pelangi mu hanya akan muncul di saat hujan ku telah turun, pelangimu hanya tercipta disaat hujanku sudah mulai berganti menjadi sejuk, disaat tangis bermetamorfosa menjadi tenang, disaat semua telah menjadi baik. Kamu memang indah, tapi kamu belum cukup mampu untuk membuat badaiku menjadi hujan, hujanku menjadi gerimis, dan gerimisku menjadi cerah. 


Pelangi, sadarkah kamu bahwa warna itu hanya khayalan, sadarkah kamu bahwa warna itu hanya sekedar warna, bukan pembawa rasa tenang ataupun penghilang rasa takut. Kamu memang bisa membuat semua orang terpesona, tapi kamu nggak akan pernah bisa membuat orang berhenti mengejar hujan. Hujan yang menurut mereka cukup sakit, cukup menyedihkan, dan cukup membuat suasana menjadi haru, kamu nggak bisa membuat mereka berhenti, bahkan saat hujanku akan turun pun kamu juga nggak berada di sana, kamu nggak berada di atas mereka untuk membuat mereka merasa nyaman. Kamu nggak bisa.


Semesta kini telah membuat aku sadar, bahwa apa yang dilihat indah nggak selalu bisa bikin senang. Semesta sebenarnya tau bahwa kita akan mengetahui fakta itu, tapi semesta nggak mau kita hanya sekedar tau, semesta maunya kita merasakan apa yang harusnya kita ketahui sejak awal. Semesta memang begitu, dia nggak mau melihat kita menjadi orang yang hanya tau rasanya bahagia, semesta maunya kita sakit, karna dengan sakit semuanya akan merasa bangkit, akan merasa bahwa, wah iya ya kalo dulu aku nggak dibuat jatuh, maka aku nggak akan pernah tau rasanya bangun. 


Ya memang begitu cara semesta membuat kita menjadi terang, agak sedikit menyebalkan memang, tapi setidaknya semesta akan tetap membuat kita senang, meski nggak setiap saat tapi seenggaknya kita pernah tau bagaimana rasanya sedih. Karna itu perlu.

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer